Puisi-puisi Nevatuhella

SELEMBAR DAUN JATUH
Nevatuhella
manakala selembar daun jatuh melayang mendekap bumi
terlepas dari tangkai tempat bergantung bermusim berhari
telah sampai tenggang jalani kehidupan sejak ea mengawali
habis segala lara bahagia bermacam tawa gelut-menggeluti
ruh terbang meninggal jasad berkakuan jari-jemari
setelah daun selembar jatuh melayang mendekap bumi
entah senja siang malam tanpa hirau gelap hujan melebat
jasad digerogoti cacing dan lipan tanah kejam bagi nurani
manakala selembar daun jatuh mendekap bumi
disitulah hari tak perlu kabar sejak dini
BILA PENYAIR MENGGORES
Nevatuhella
jiwa retak darah membeku
tersekiap
bak pualam pecah
lelangit runtuh
jiwa terempas ke dalam
beku batuan yang menggigit
dengan apa mutiara retak
tangis berdentum dipecah air
Bandung, 2018
MENUNGGU SUBUH
Nevatuhella
malam luruh jatuh perlahan
bunyi sunyi bau udara melepas peluh
derit bintang bergeser dari sumbu
pintu langit nunggu terbuka
dalam simpuh sujud panjang
para pencari
waktu andai segalah
puja puji masih ingin dilengkapkan
sungguh! andai maut maui
ini waktu.
Nevatuhella, lahir di Medan, 1961. Alumnus Teknik Kimia Universitas Sumatera Utara. Menulis untuk Azahar Revista Poetica, Waspada, Jawa Pos, Media Indonesia, Pikiran Rakyat, Koran Sindo, Majalah Sagang, Basabasi.co, Cendananews.co, dan lainnya. Buku ceritanya yang telah terbit Perjuangan Menuju Langit (2016) dan Bersampan ke Hulu (2018), serta satu buku puisi Bila Khamsin Berhembus (2019).
Komentar