Puisi-Puisi Covid-19 Denny Micky Hidayat

TENTARA MEDIS
Denny Micky Hidayat:
Berlarian di lorong-lorong panjang
Setelah raungan ambulance datang
Sesosok tubuh tergeletak sesak nafas
Terpapar virus yang begitu ganas
Tanpa pakaian tempur lengkap
Kau paksakan diri masuk ke dalam perangkap
Berjuang demi jiwa jiwa lain yang membutuhkan
Meski nyawamu menjadi taruhan
Tak ada lagi beda antara matahari dan rembulan
Yang kau lihat hanya lampu-lampu ruangan
Menahan kantuk yang menyapa lelah
Sekedar rebahan cukuplah sudah
Rindu pada belahan jiwa harus ditekan
Peluk dan cium kini menjadi impian
Hanya lambaian tangan yang bisa diberikan
Dan senyum di wajah dengan air mata bercucuran
Renangi waktu di gelombang wabah
Pandangi raga teman sejawat yang semakin lemah
Bersama-sama mengangkat tangan untuk ditengadah
Berharap do'a dan do'a segera diijabah
#dennymickyhidayat#
Depok, 27032020
#melawancorona
WABAH GELISAH
Denny Micky Hidayat:
Sore selepas waktu Ashar
Di sudut kota yang kini tak lagi hingar
Lelaki setengah baya pandangi awan
Menunggu rezeki yang seperti tertahan
Duduk tercenung di atas trotoar
Pandangi gawainya yang sejak pagi tak bergetar
Ditemani motor cicilan yang belum lunas
Juga helm dan jaket hijau pakaiannya berdinas
Teman senasib duduk dengan jarak sedepa
Kini mereka tak bebas lagi berbagi nestapa
Harus ada sela terbentang yang terjaga
Agar virus tak berpindah pindah raga
Permintaan untuk mengantar semakin hari semakin punah
Orang-orang kini bekerja di rumah
Pesanan makananpun kini hampir tak ada
Pusat perbelanjaan dan kedai-kedai tutup sementara
Lapar perut siang tadi tak lagi dirasa
Terbayang wajah istri dan anaknya yang nelangsa
Entah kapan wabah ini lenyap tak tersisa
Dipandanginya langit bertanya pada Yang Maha Kuasa
Kegetiran hari ini masih bisa ditahankan
Entah esok atau lusa apa masih bisa menahan lapar yang menyakitkan
Peluk istri dan anaknya tak redakan gundah
Mengharungi waktu berselimut gelisah
Senja merayap menyisakan luka
Jingganya teteskan air mata duka
#dennymickyhidayat#
Depok, 27032020
#melawancorona
RUANG ISOLASI
Denny Micky Hidayat:
Lambaian tangan rengsa dan sorot mata sayu meninggalkan selaksa duka bagi keluarga yang menghantarkannya menuju gerbang kematian di tengah pandemi yang menyeleksi manusia tanpa pilih waktu dan nama, tak ada peluk dan cium menyerta, hanya derai air mata mengiringi kepergiannya di ujung senja
Lorong panjang dan gelap, sendirian dilalui dengan menghitung hari dalam kecemasan dan gulana yang tak berkesudahan sambil pandangi cermin yang kian hari kian manai saja
Siang dan malam tak ada lagi bedanya, dunianya hanya tersisa sekotak saja ditemani do'a yang terus bergema di dalam ruang lelah yang menghimpit dada dan waktu yang ananta
Satu pertanyaan di dalam benak yang terus mencabik-cabik jiwa, akankah ia berakhir dengan terbungkus plastik dalam peti mati kedap air tanpa disholati dan dimakamkan oleh orang orang tercinta ?
#dennymickyhidayat#
Depok, 15042020
#melawancorona
Denny Micky Hidayat, ayah dari 4 orang anak, berdomisili di Depok, Jawa Barat, saat ini bekerja sebagai ASN di Direktorat Jenderal Pajak, akhir tahun lalu menerbitkan sebuah buku kumpulan puisi berjudul Tentang Aku dan 4 Orang Perempuanku.
Komentar