Puisi-Puisi Alexander Wegha

KECAMUK
Alexander Wegha:
Terlalu keras sengatan itu
Mengalir dan menghentikan gairah birahi
Kendur tampa keluh
Pulas dan menyeka pada kekacauan
Saat kedipan mata bergerak bersama angan
Hutang -hutangku berjejer tampa ampun
Berlayar tampa harapan
Melelahkan kompas mencari arah
Ingin sekali lagi bertalu
Dengan kata yang pulas
Tidur di bibir hening
Kusutkan sukma di balik jeruji
Tapi disana masihku pahat
Huruf-huruf buta yang menua
Tawar dan takwa menjadi isyarat
Biarkan Aku yang menaggalkan
Kusut sukma dibalik tiraimu.
Meja Belajar, 6 Oktober 2020
CINTA YANG MEMBISU
Alexander Wegha :
Saat pertama matamu dan mataku bertemu
Pada tatap yang tak lekas gegas
Kecamuk sukma seakan bertingkah
Ingin sekali mengekali dengan pertautan nama
Diam-diam rupamu merangkak tampa ijin
Pada kalbu yang masih malu-malu
Membawa pelangi untuk dinikmati
Bahwa nama semestinya bergairah
Kata juga malu-malu kerjanya
Dan itupun, tidur pulas pada bibir mungil
Kapan namamu kupahat
agar corak-corak warna cepat terbentuk
Aku dan engkau menjadi kita.
5 Oktober 2019
PENYAIR TAK MATI
Alexander Wegha:
(Untuk: Sapardi Djoko Damono)
Sejak kemarin panah katamu berteduh
Pada sabda yang menjadikannya abadi
Paham tak berhenti bergerak
Meluncur rupa yang mengandung aksara
Bahkan pahat-pahat yang pernah kaujejali
Tak pernah terhapus oleh sutradara
Yang mengembara di ayat satu hingga dua belas
Bahkan Lebih lama dari selamanya
Tesik air pada bibir kolam masih terus bertalu
Mandikan nama yang tak disapa ujung
Hingga hujan bulan juni menjadi tanda
Bahwa semesta juga tahu
Namamu sudah jadi musim
Tak kunjung usai pada tangkai waktu.
Scalabrinian Nita, 6 Oktober 2020
Alexander Wande Wegha.,kelahiran Rowombojo, 22 Januari 1998. Penulis menulis puisi dan cerpen di berbagai media cetak dan online. Sekarang sedang menempuh pendidikan di STFK Ledalero -Maumere, dan berdiam di rumah pembinaan Scalabinian-Nita
Komentar